Kaki Palsu Tak Halangi Mimpi: Atlet Paralimpik Ini Ukir Sejarah

Hari itu, laut berombak tinggi. Langit mendung menggantung di atas perairan Flores, Nusa Tenggara Timur. Puluhan kapal nelayan mulai menepi karena cuaca buruk. Namun, satu perahu kecil tetap berlayar dengan percaya diri, mg4d dikendalikan oleh seorang pria tua yang dikenal warga sebagai Pak Musa—seorang nelayan buta.

Kisahnya terdengar seperti legenda. Tapi peristiwa yang terjadi pada suatu sore di bulan Februari itu mengubah segalanya. Pak Musa, yang sudah tidak bisa melihat selama lebih dari 10 tahun, menjadi penyelamat dalam tragedi laut yang hampir merenggut puluhan nyawa. Kisah ini begitu mengharukan, menggugah, menginspirasi, dan menghebohkan, hingga menjadi perbincangan hangat di seluruh negeri.

Pria Tua yang Hidup Bersama Laut

Pak Musa berusia 63 tahun. Sejak kecil, hidupnya tak pernah jauh dari laut. Ia mulai melaut saat masih berusia 8 tahun, ikut ayahnya menjaring ikan. Ketika usia 50 tahun, penyakit glaukoma merenggut penglihatannya. Sejak saat itu, ia tak lagi bisa melihat dunia—tapi ia tak pernah berhenti mencintai laut.

“Banyak orang bilang saya gila. Sudah buta, masih juga ke laut,” kata Pak Musa sambil tertawa kecil.

Ia mengenal laut bukan dengan mata, tapi dengan hati dan telinga. Ia bisa mendeteksi arus dari suara ombak, mengetahui arah dari aroma angin, dan membaca kedalaman dari denting jangkar. Ia melaut seorang diri, tanpa GPS, tanpa kompas, hanya dengan insting dan kenangan masa lalu.

Hari Ketika Semuanya Berubah

Pada tanggal 17 Februari, sebuah kapal wisata kecil yang membawa 20 penumpang—wisatawan lokal dan asing—mengalami kerusakan mesin di tengah laut. Cuaca memburuk, ombak setinggi 3 meter mengguncang kapal. Sinyal komunikasi terputus. Kapal mulai terombang-ambing, tak tentu arah.

Panik mulai melanda. Anak-anak menangis, orang dewasa berdoa. Kapten kapal berusaha mengendalikan situasi, tapi ombak terlalu kuat. Mereka tidak tahu arah pulang, dan GPS tidak berfungsi. Beberapa dari mereka mulai bersiap untuk kemungkinan terburuk.

Di saat itulah, di kejauhan, terdengar suara mesin kapal kayu. Sebuah perahu kecil mendekat perlahan, melawan arah angin. Di dalamnya, berdiri seorang pria tua mengenakan topi jerami dan baju lusuh.

Pak Musa.

“Saya mendengar suara kapal rusak. Saya tahu suara orang minta tolong dari jarak sekian,” katanya kemudian.

Dengan penuh ketenangan, ia mendekat, melemparkan tali, dan menambatkan perahunya ke kapal yang hampir karam. Ia meminta semua penumpang untuk tenang dan mulai menarik kapal itu perlahan menuju arah pantai, menggunakan perahunya sendiri.

Menggugah Jiwa Banyak Orang

Proses evakuasi memakan waktu lebih dari 3 jam. Ombak tidak berhenti menggila. Beberapa kali perahu kecilnya nyaris terguling. Namun Pak Musa tetap tenang. Ia tahu jalur pulang. Ia mengandalkan gelombang, bintang, dan doa.

“Saya tidak melihat, tapi saya bisa merasa. Laut ini sahabat saya,” katanya.

Ketika akhirnya seluruh penumpang berhasil mendarat dengan selamat di pelabuhan kecil dekat kampung Wuring, orang-orang menangis haru. Mereka tidak percaya bahwa seorang nelayan tua, yang buta pula, mampu menyelamatkan mereka dari kematian.

Salah satu penumpang, seorang turis dari Jerman bernama Lisa Möller, mengunggah video dan kisah itu ke media sosial. Dalam waktu dua hari, unggahan itu dibagikan lebih dari 1 juta kali. Media nasional dan internasional mulai meliput kisah Pak Musa.

“Dia tidak bisa melihat, tapi dia bisa menunjukkan jalan pulang. Dia adalah pahlawan laut,” tulis Lisa.

Menghebohkan Dunia Maya

Nama Pak Musa mendadak viral. Tagar #PakMusaPahlawanLaut menjadi trending di Indonesia. Wartawan dari televisi, koran, hingga YouTube datang ke desanya. Banyak yang datang bukan hanya untuk meliput, tapi juga untuk sekadar berjabat tangan dan mengucapkan terima kasih.

Menteri Perhubungan datang secara langsung dan memberikan penghargaan kepada Pak Musa. Sebuah perahu motor baru dihadiahkan padanya, lengkap dengan sistem navigasi suara untuk membantu aktivitasnya di laut. Tapi Pak Musa hanya tersenyum.

“Saya terima perahunya. Tapi saya tetap suka perahu kayu saya. Itu sudah seperti rumah,” katanya.

Masyarakat menyebutnya sebagai “mata hati dari Flores”. Ia menjadi simbol bahwa keberanian dan kepedulian tidak membutuhkan penglihatan fisik.

Menginspirasi Ribuan Hati

Kisah Pak Musa tidak hanya menyentuh hati masyarakat biasa, tapi juga para pemimpin. Di berbagai sekolah, kisahnya dibacakan saat upacara bendera sebagai contoh nyata keberanian dan ketulusan. Banyak orang mengaku mulai mengubah cara pandang mereka tentang keterbatasan.

“Pak Musa mengajarkan bahwa menjadi buta tidak berarti menjadi lemah,” ujar seorang guru di Makassar.

Anak-anak muda mulai berdatangan ke rumahnya, meminta nasihat, belajar tentang laut, dan mendengar kisahnya. Ia tak segan berbagi.

“Laut itu seperti hidup. Kadang tenang, kadang mengamuk. Tapi kalau kamu sabar dan dengar baik-baik, dia akan menunjukkan jalan,” katanya.

Pak Musa bahkan diundang berbicara dalam forum kebencanaan nasional. Dengan suara lembut dan sederhana, ia menceritakan pengalamannya. Ruangan sunyi saat ia berbicara, dan gemuruh tepuk tangan terdengar ketika ia selesai.

Sebuah Catatan dari Masa Lalu

Pak Musa menyimpan satu benda tua yang selalu dibawanya ke laut: sebuah potongan kain sarung milik istrinya yang sudah wafat. Kain itu dililitkan di leher sebagai penuntun arah dan sebagai pengingat akan janji yang pernah ia buat.

“Saya janji ke istri saya waktu dia sakit: saya akan tetap jadi orang berguna walaupun buta. Saya tidak mau hidup hanya untuk makan. Saya mau hidup untuk membantu,” kata Pak Musa.

Kini, ia telah menepati janjinya.

Penutup

Kisah Pak Musa adalah kisah nyata tentang bagaimana keterbatasan bukanlah hambatan, tapi justru bisa menjadi kekuatan. Ia kehilangan penglihatannya, tapi tidak kehilangan kompas jiwanya. Ia tidak bisa melihat dengan mata, tapi bisa merasakan dengan hati yang jernih.

Ia tidak hanya menyelamatkan 20 nyawa di laut, tapi juga membangkitkan semangat ribuan jiwa yang merasa hidup mereka tak berarti. Ia mengajarkan bahwa pahlawan tidak selalu berjubah atau bersenjata. Kadang, pahlawan datang dalam bentuk pria tua, di atas perahu reyot, dengan hati yang tak tergoyahkan.

Pak Musa membuktikan bahwa dalam gelap pun, seseorang bisa menjadi cahaya bagi yang lain.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Proudly powered by WordPress | Theme: Courier Blog by Crimson Themes.